Selasa, 02 Juli 2013

PEYULUAHAN PENGENDALIAN TANAMAN TEMBAKAU LANAS

PENYAKIT LANAS SERANG TEMBAKAU PETANI 


   Penyakit lanas diketahui telah menyerang tanaman tembakau di Kabupaten Kuningan. Penyakit ini dilaporkan oleh seorang petani di Desa Cilimus Kecamatan Cilimus beberapa waktu yang lalu. Petani yang tembakaunya terserang penyakit ini terpaksa harus menanam ulang tembakaunya yang mati terserang penyakit lanas pada lahan seluas 1,5 ha. Menurut petugas pengamat, penyakit ini diperkirakan akan meluas karena biasanya muncul bertepatan dengan musim hujan yang menyebabkan perkembangan jamur Phytophthora nicotianae vBdH var. nicotianae Waterhouse berkembang dengan cepat.



Upaya pengendalian secara mekanis telah dilakukan petani dengan cara mencabut dan mengganti tanaman tembakau yang mati dengan tembakau jenis lokal yang dinamai Manohara. Tembakau jenis ini, menurut petani, lebih tahan terhadap serangan penyakit lanas dibandingkan dengan varietas Burley yang selama ini digunakannya. Upaya pengendalian dengan pemberian pupuk organik juga sudah dilakukan namun belum dipadukan dengan penggunaan Agens Pengendali Hayati (APH) jamur Trichoderma sp.
Gejala Penyakit Lanas
Penyakit lanas menyerang tembakau di pembenihan dan juga di lapangan. Pada benih dengan diameter daun 2 – 3 cm, gejala awal yang tampak adalah perubahan pada warna daun yang menjadi hijau kelabu. Saat kelembaban udara tinggi, tanaman akan menjadi busuk dan akan tampak seperti disiram air panas (Gambar 2).



Pada tanaman yang lebih tua, gejala terlihat dengan adanya bagian yang busuk berwarna coklat kehitaman dan agak berlekuk, biasanya pada bagian leher akar. Kemudian daun pada tanaman tersebut akan layu dengan mendadak. Apabila batang dibelah, empulur tampak mengering dan bersekat – sekat (Gambar 3).



Serangan pada daun menyebabkan terjadinya bercak basah seperti cincin yang berwarna coklat gelap berselang – seling dengan warna terang. Bercak tersebut akan meluas apabila kondisi lingkungan mendukung perkembangan penyakit seperti kelembaban udara yang tinggi. Jika daun yang menunjukkan gejala bercak tidak segera dipetik, lanas akan menjalar ke batang dan dapat menyebabkan kematian pada tanaman (Gambar 4).


Cara Pengendalian
Penyakit lanas menyerang tembakau sejak di pembenihan sampai di penanaman, maka upaya pengendalian penyakit lanas harus diterapkan sejak awal. Beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu :
 a.     Persiapan benih
Penggunaan benih unggul yang bersertifikat, misalnya tembakau virginia North Carolina atau Coker.
b.     Pembenihan
*             Benih ditanam tidak terlalu rapat dan diupayakan areal pembenihan tembakau tidak terlalu basah atau lembab. Perbenihan dapat pula dilakukan secara individual dengan kantong plastik/polibag.
*             Pemberian Trichoderma sp. yang merupakan antagonis penyakit lanas, dilakukan 4 – 7 hari sebelum transplanting benih tembakau dengan dosis 5 – 10 mg/lubang.
*             Penggunaan fungisida berbahan aktif antara lain benomil, kaptan dan mankozeb untuk menghindarkan terjadinya infeksi di pembenihan. Fungisida tersebut juga dapat menghindarkan infeksi penyakit benih lainnya seperti Pythium atau Rhizoctonia.
c.      Pertanaman
*             Pembalikan tanah pada musim kemarau atau sebelum tanam untuk menurunkan populasi patogen. Pembalikan tanah dimaksudkan agar sinar matahari mengenai bagian bawah tanah tempat patogen berada. Sinar ultraviolet matahari dapat mematikan patogen penyakit.
*             Penambahan kapur tohor pada tanah – tanah yang terdapat serangan penyakit lanas guna meningkatkan pH tanah, karena pada umumnya patogen penyakit menyukai tanah masam.
*             Penggunaan pupuk kandang yang telah matang. Jamur patogen penyebab penyakit lanas yang terkandung dalam pupuk organik atau kompos dapat mati apabila suhu pupuk mencapai 600C. Semakin lama waktu pembuatan kompos akan semakin sedikit kandungan P. nicotianae.
*             Penyemprotan bubur bordo pada pangkal batang 2 minggu sekali mulai 1 minggu setelah tanam.
*             Pengamatan dini untuk mengetahui ada tidaknya serangan jamur P. nicotianae sehingga meluasnya penyakit lanas dapat dicegah secara dini. Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali, bila kelembaban/curah hujan tinggi pengamatan dapat dilakukan 1 minggu sekali, dimulai pada saat tanaman berumur 2 minggu sampai panen.
*             Tanaman yang diduga terserang penyakit lanas tidak dibiarkan berada di pertanaman. Tanaman sakit akan meningkatkan risiko penyebaran penyakit lanas pada tanaman tembakau lain yang sehat di sekitarnya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk segera mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang penyakit lanas tersebut. Tanaman yang terserang tidak dibuang pada parit/selokan karena air dapat menjadi media penyebaran dan penularan penyakit.
*             Apabila menggunakan fungisida, sebaiknya jenis fungisida yang sama diganti setelah beberapa kali pemakaian untuk menghindari resistensi. Bahan aktif fungisida yang dapat digunakan untuk pengendalian lanas di antaranya dimetomorf, metalaksil dan propineb.
*             Pergiliran tanaman dengan padi sawah atau tanaman lain yang bukan inang. Di beberapa daerah penanaman tanaman tembakau dilakukan di areal persawahan, maka padi merupakan salah satu tanaman alternatif untuk pergiliran tanaman karena padi sawah bukan merupakan inang penyakit lanas.
*             Pada daerah endemik, tidak dianjurkan mananam tanaman tembakau maupun tanaman inang lain seperti terung atau tomat pada musim berikutnya selama 2 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar