PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
Sumberdaya
lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan
hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti
untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk
transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara
kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sumberdaya lahan (land resources)
sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan
vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat
dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara
organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya.
Dalam
rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang
dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan
sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan
aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya
semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi
menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan
yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini
berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan
intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya.
Dengan demikian, secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung
menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung
yang menurun. Untuk itu perlu pengelolaan lahan yang efektif, efisien
dan optimal sehingga kelestarian lahan juga dapat terjaga dan kebutuhan
manusia akan lahan dapat tercukupi.
Pengertian lahan
Lahan
(land) atau sumberdaya lahan (land resources) adalah lingkungan fisik
yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda
yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan tanah.
Sering kali terjadinya kerancuan penggunaan istilah lahan (land) dengan tanah (soil),
karena sering penggunaan istilah ini dianggap memiliki arti yang sama.
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas
komponen-komponen padat, cair dan gas dan mempunyai sifat serta
perilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja
interaksi anatara iklim (i) dan jasad hidup (o) terhadap suatu benda
induk (b) yang dipengaruhi oleh relif tempatnya terbentuk (r) ditambah
waktu (w).
Pengelolaan Lahan Pertanian
Pengelolaan
lahan pertanian adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan
pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan
tersebut dengan mempertimbangkan kelestariaannya. Tingkat produktivitas
lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu,
kelembaban, sistem pengelolaan lahan, serta pemilihan landcover (Djaenuddin , 2006). Pengelolaan
lahan sebagai salah satu komponen pengelolaan teknologi pertanian
diperlukan dalam sistem pertanian berkelanjutan karena sistem
pertanaman intensif bisa mengarah pada trade-off antara
manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan kerusakan lingkungan seperti
degradasi kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Tujuan pengelolaan lahan adalah :
a. Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal
b. Mendapatkan hasil maksimal
c. Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan
Sistem
pengelolaan lahan meliputi pola tanam, sistem tanam, pengolahan lahan,
pengairan atau irigasi, pemupukan, pemberantasan hama penyakit tanaman
dan konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan tersebut.
a. Pola tanam
Pola
tanam tanaman pangan yang diterapkan umumnya terdiri atas:
padi-padi-palawija; padi-palawija-palawija; dan padi-palawija-bera.
Berikut ini adalah contoh pola tanam berdasarkan sebaran hujan di
wilayah Kabupaten Trenggalek :
Jan
|
Peb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nop
|
Des
|
basah
|
kering
|
Basah
| |||||||||
Tanaman Semusim
| |||||||||||
padi
|
gogo
|
palawija
|
bera
|
Padi
| |||||||
Tanaman Tahunan
| |||||||||||
masa pertumbuhan
|
masa pemeliharaan (penyiraman)
|
Tanam
| |||||||||
| | |
Sumber : Soemarno, 2009
b. Sistem tanam
Beberapa jenis sistem tanam yang sering diterapkan :
a. Kebun Pekarangan
Merupakan kebun campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan (buah-buahan) dan tanaman semusim di sekitar pekarangan dengan fungsi penyediaan karbohidrat, vitamin dan mineral, serta obat-obatan sepanjang tahun
b. Sistem perkebunan/ mokokultur
Merupakan penanaman satu jenis komoditas tanaman dengan maksud untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam usaha tani. Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas tanaman pohon, yang mempunyai sistem perakaran yang dalam, seperti tanaman buah-buahan, disamping juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi Biasanya menggunakan input sarana produksi yang tinggi (intensifikasi). Dalam penanaman monokultur perlu diikuti oleh upaya konservasi antara lain :
o Pada
lahan yang bergelombang/ miring perlu pembuatan teras-teras dan
guludan untuk menghambat aliran permukaan air dan mengurangi erosi,
serta menampung dan menyalurkan aliran air dengan kekuatan yang tidak
merusak.
o Pengolahan tanah minimum, dilakukan secara terbatas/ seperlunya pada lobang tanam saja
o Tanaman
utama misalnya komoditas buah-buahan seperti jeruk, durian, mangga dll,
pada teras ditanam menurut sabuk gunung atau memotong lereng
o Penanaman rumput-rumputan pada guludan dan lereng-lereng/ tebing untuk mencegah erosi
c. Talun-kebun
Merupakan pertanian-hutan tradisional dimana berbagai macam tanaman ditanam secara spatial dan urutan temporal. Lokasinya jauh dari pekarangan, dengan fungsi (1) penyediaan subsisten karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, (2) produksi komoditas komersial, (3) konservasi tanah dan genetic, (4) sosial (penyediaan kayu baker bagi desa, (5) peningkatan ekonomi masyarakat dari hasil komoditas komersial. Pertanian talon-kebun ini telah berhasil dikembangkan di daerah Jawa Barat.
d. Tumpang sari
Tumpang sari bertujuan untuk mengintensifkan kegiatan Pertanian, pemanfaatan sumber daya secara optimal, serta menyelamatkan sumber daya lahan dan air, serta mengurangi resiko kegagalan panen. Prinsip tumpang sari adalah keanekaragaman vegetasi, dengan penanaman bermacam-macam tanaman, berupa tanaman keras/ kayu-kayuan dan buah-buahan, dengan intercrop tanaman semusim seperti tanaman pangan, tanaman obat-obatan, tanaman penutup dll.
e. Rumput-hutan
Merupakan usahatani campuran antara kehutanan dan peternakan (sylvopasture), dimana rumput ditanam di bawah pohon damar, pinus dan Albisia sp. Pengembangan system ini dapat berhasil di daerah yang petaninya mempunyai ternak, tapi tidak ada ladang untuk penggembalaan. Selain sebagai pakan ternak, rumput berfungsi sebagai pencegah erosi yang ditanam sebagai penutup tanah, penguat teras dan guludan serta penguat tebing-tebing pada tanah yang miring. Dalam usaha Pertanian, rumput dapat dimanfaatkan sebagai mulsa dan pupuk kompos.
f. Pertanaman lorong
Merupakan penanaman tanaman semusim atau tanaman pangan di lorong antara barisan pagar tanaman pohon. Tanaman pagar dijaga agar tetap rendah agar tanaman semusim tidak ternaungi, kecuali jika tidak ada tanaman semusim maka tanaman pagar dibiarkan tumbuh bebas. Pada tanah yang berlereng, tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam mengikuti kontur agar erosi dapat tercegah dengan baik.
c. Pengolahan lahan
Berikut ini beberapa bentuk pengolahan lahan :
o Pengolahan tanah menurut kontur/ memotong lereng
Pengolahan
tanah yang dilakukan menurut kontur atau sabuk gunung, baik dengan
pembajakan, pencangkulan atau perataan, sehingga terbentuk alur-alur
dan jalur-jalur tumpukan tanah yang searah dengan kontur. Alur tanah
tersebut akan merupakan penghambat erosi. Pengolahan tanah menurut
kontur ini sebainya diikuti dengan penanaman dalam baris-baris memotong
lereng.
o Pembuatan guludan, teras, dan saluran/ pembuangan air.
Beberapa
cara dikenal guludan biasa, teras (teras guludan, teras
kredit/sederhana dan teras bangku). Sedangkan saluran air berupa
saluranpembuangan dan got buntu/rorak.
o Guludan biasa
Guludan biasa dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng dibawah 6%,
dimaksudkan untuk aliran permukaan yang mengalir menurut arah lereng.
Dibuat menurut kontur, sedikit miring yang menuju saluran pembuangan.
Pada guludan sebaiknya ditanami rumput penguat guludan dan tanaman
tahuan penguat teras seperti lamtoro.
o Teras guludan dan teras kredit
Teras
guludan dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 6-15%, arah
memanjang sejajar kontur dan menuju ke saluran. Teras kredit merupakan
penyempurnaan dari teras guludan yang memungkinkan daya tampung lumpur
lebih besar lagi.
o Teras bangku
Teras
bangku dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 8-30%. Teras bangku
memiliki bentuk khas, antar bidang olah teras dibatasi oleh terjunan.
Teras bangku terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bidang olah,
talut, guludan atau galengan dan saluran pembuangan air.
a. Pengairan atau irigasi
Air
sangat di perlukan bagi tanaman. Kekurangan air dalam pemeliharaan
turgor sel tanaman dalam menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman
karena penurunan turgor sel dapat mengakibatkan menutupnya stomata
sehigga segingga proses fotosintesis terhambat (Arifin, 2002).
Pengelolaan air dibedakan dalam:
1. Pengelolaan
air makro yaitu penguasaan air di tingkat kawasan reklamasi.
Pengelolaan air makro ini bertujuan untuk membuat lebih berfungsi yaitu
dengan :
o Jaringan drainase - irigasi: navigasi, primer, sekunder.
o Kawasan retarder, kawasan sempadan, dan saluran intersepsi.
o Kawasan tampung hujan.
2. Pengelolaan air mikro yaitu pengaturan tata air di tingkat petani.
b. Pemberantasan hama penyakit tanaman
Pemberantasan
hama penyakit tanaman dilakukan melalua PHT (pengendlian Hama
Terpadu). PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang
pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi
ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan
lingkungan yang terlanjutkan. Sasaran PHT adalah : 1) produktivitas
pertanian yang mantap dan tinggi, 2) penghasilan dan kesejahteraan
petani meningkat, 3) populasi OPT dan kerusakan tanaman karena
serangannya tetap berada pada aras yang secara ekonomis tidak
merugikan, dan 4) pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat
penggunaan pestisida. Strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel
semua teknik atau metoda pengendalian OPT didasarkan pada asas ekologi
dan ekonomi.
c. Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air merupakan upaya pengawetan dan pemeliharaan tanah dan air yang diterapkan pada suatu lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang dapat diterapkan diantaranya pembuatan teras, penerapan multi cropping pada suatu lahan, penanaman tanaman rumput sebagai penguat teras dan disekitar aliran sungai sebagi filter, pembuatan saluran pembuangan air. (Kartasapoetra,2005)
Permasalahan
pada sistem tanam, pengolahan lahan sangat berkaitan dengan teknik
konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan tersebut. Sitem
tanam monokultur tanaman semusim yang di tanam pada lahan berlereng
tanpa menggunakan teras (Gambar diatas) dapat menyebabkan tanah mudah
tererosi. Selain itu pada teras-teras yang dibuat seringkali tidak
diimbangi dengan bangunan penguat teras ataupun tanaman penguat teras
sehingga sering menyebabkan longsor tebing teras. Pada musim hujan oleh
air, pada musim kemarau oleh angin. Jika lapisan atas tanah yang
banyak mengandung unsur hara terosi dan terkena limpasan permukaan oleh
air, secara otomatis tanah pada lahan tersebut enjadi kurang subur.
Banyaknya limpasan permukaan juga mengurangi peluang air masuk ke dalam
tanah (infiltrasi) sehingga ketersediaan air abaik di musim penghujan
maupun musim kemarau sangat kecil. Hal ini dapat menyebabkan penurunan
produktivitas lahan akibat adanya degradasi lahan sehingga lahan
tersebut mengalami penurunan daya dukung yang tidak dapat dimanfaatkan
secara berlanjut.
1. Evaluasi kesesuaian lahan
Dalam sistem ini menyesuaikan antara karakteristik lahan, kondisi sosial ekonomi dan jenis tanaman. Kesesauaian ini sangat penting untuk menentukan kelas kemapuan lahan yang nantinya akan disesuaikan dengan tanaman atau vegetasi yang tumbuh diatasnya agar tetap dapat berproduksi optimal. Tentang metode yang digunakan sangat bervariasi. Teknik manual yang mengacu pada Djaenuddin, dkk (2003), selai itu juga dapat menggunakan sistem ALES.
2. Penerapan teknik konservasi tanah dan air
Dalam hal ini penerapan teknik konservasi tanah dan air lebih mengacu pada cara penanggulangan erosi karena jika erosi sermakin besar dan tidak ditanggulangi maka kesuburan tanah akan berkurang dan meyebabkan degradsai lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan dapat melalui dua cara yaitu secara vegetatif dan mekanik.
a. Secara vegetatif
Tanaman
dapat menurunkan energi kinetik air hujan yang sampai permukaan tanah
melalui intersepsi mahkota daun pada saat yang sama dengan meningkatnya
kekasaran permukaan oleh sisa tanaman yang menutup tanah atau rumput
penutup tanah maka limpasan permukaan akan berkurang. Terciptanya ruang
pori oleh akar tanaman dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi dan
perkolasi tanah. Sehingga jumlah air yang masuk ke dalam tanah lebih
besar dari pada run off berkurangnya kecepatan dan volume limpasan
permukaan akan menurunkan tingkat erosi suatu lahan.
Berikut
ini merupakan tanaman-tanaman yang dapat ditanam untuk melindungi
tanah dari erosi, meningkatkan bahan organik tanah serta produktivitas
lahan. Berdasarkan habitus pertumbuhannya tanaman penutup tanah dapat
digolongkan menjadi 3 yaitu:
1) Tanaman penutup tanah rendah, meliputi Centrocema pubersens Bth (Kacangan), Poeraria lobata (Kudzu), Mimosa invisa (Baret/Putri Malu Besar), Ageratum conyzoides (Bandotan/Wedusan), Panicum maximum jachi (Rumput Lempuyangan), Pennisentum purpureum Sch (Rumput Gajah). Yang ditanam pada pola yang rapat pada barisan, untuk memperkuar tebing saluran air dan teras.
2). Tanaman penutup tanah sedang meliputi Clibadium surinamense (Kiangsrat), Lantana camara (Tahi Ayam/Telekan), Leucaena glauca (Petai Cina), Tithonia tagetiflora Dsp (Tithonia), Gliricidae sepium (Glirisida) yang ditanam pada barisan tanah utama, sebagai pagar dan sumber bahan organik.
3). Tanaman penutup tanah tinggi
Selain itu pada lahan pertanian perlu dilakukan teknik pengelolaan lahan untuk pengendalian erosi antara lain:
1. Pengolahan tanah
yaitu diolah seperlunya pada saat kandungan air yang tepat, dilakukan
sejajar dengan garis kontur dan dilakukan pemberian mulsa, dan
pembuatan guludan sejajar dengan garis tinggi (menyabuk gunung).
2. Penanaman dalam strip
adalah cara bercocok tanam dengan beberapa tanaman yang ditanam dalam
setrip secara berselang seling pada sebidang tanah dengan memotong arah
lereng.
3. Multiple cropping
atau pola tanam ganda selain dapat menekan laju erosi juga dapat
meningkatkan produktivitas lahan yang dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu pergiliran tanaman dan tumpang sari.
4. Pengelolaan tanaman dapat dilakukan dengan cara intensifikasi yang tepat.
5. Alley Cropping merupakan metode strip cropping namun dengan menggunakan tanaman pohon seperti lamtoro dan Gliricidae.
Mulsa dalam hal ini sisa-sisa tanaman yang dikembalikan lagi ketanah
a. Secara Mekanik
1. Saluran pemisah, berfungsi sebagai penahan limpasan permukaan dari lahan atasnya.
2. Teras,
berfungsi untuk mengurangi panjang dan kemiringan lereng sehingga
mempercil limpasan permukaan. Teras dibagi menjadi 4 bentuk yaitu teras
gulud, teras saluran, teras bangku, teras irigasi.
3. Jalan air,
berfungsi untuk menghidari agar aliran permukaan tidak terkumpul pada
sembarang tempat. Bangunan ini juga disebut sebagai saluran pembuangan
air (SPA)
Gambar Saluran pembuangan air
4. Bangunan terjunan,
berfungsi untuk menghindari kerusakan dasar saluran air karena adanya
lereng curam. Pada bangunan ini perlu dibuat penguat yang berasal dari
bambu atau batu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar